Cerita Hidup Dunia – Anton Medan sendiri lahir dengan nama lengkap Muhammad Ramdhan Effendi. Ia dikenal publik sebagai mantan pelaku sejumlah tindak kriminal dan pernah masuk penjara sebanyak 14 kali, yang belakangan bertaubat dan menjadi pemuka agama.
Semasa hidupnya, Anton Medan pernah terjerat pidana karena kasus perjudian dan perampokan. Ia bahkan dituding sebagai pimpinan mafia yang bertanggung jawab dalam pembakaran seorang pengusaha sewaktu kerusuhan 1998 terjadi.
Masa lalu Tan Hok Liang atau Anton Medan yang penuh kegelapan sampai saat ini masih terus menarik untuk dibaca dan diresapi. Masyarakat mungkin asing mendengar denyan nama Tan Hok Liang.
Maklum, itu bukan nama “lapangan” atau panggilan sehari-hari ketika dia menjadi seorang preman kelas kakap di Indonesia.
Ya, sosok preman kelas kakap itu adalah si Anton Medan. Pria tersebut telah bergelut dengan dunia kejahatan sejak usianya masih 12 tahun. Dia sudah bolak-balik keluar masuk penjara karena kasus perampokan, judi dan aksi premanisme lainnya.
Dunia hitam itu kini tinggal kenangan dalam dirinya. Anton Medan memutuskan insaf dari segala macam jenis kejahatan. Pria kelahiran Sumatera Utara itu kini lebih dikenal bukan sebagai preman. Tapi penceramah dari Mesjid ke Mesjid.
Anton Medan memutuskan berhenti dari dunia hitam ketika mendekam di dalam penjara. Perjalanannya sebagai preman berhenti setelah mendapatkan hidayah dan masukan dari sesama narapidana di Lapas.
Setelah hijrah, Anton Medan pun akhirnya resmi memeluk Agama Islam. Pengucapan dua kalimat Syahadat itupun diucapkan dihadapan Alm KH Zainudin MZ pada tahun 1992 silam.
Sekilas kembali ke masa lalunya. Anton Medan sejak umur 12 tahun memang sudah merantau ke Tebing Tinggi. Ketika itu, dia sudah menjadi tulang punggung keluarga dan putus sekolah.
Anton Medan menjadi anak jalanan dengan bekerja sebagai calo di Terminal Tebing Tinggi. Tugasnya membantu sopir bus untuk mencari penumpang. Singkat cerita, suatu hari Anton Medan cek-cok dengan salah satu supir busnya.
Dia telah mencarikan penumpang namun tak diberikan upah atas kerjanya itu. Karena terpancing emosi, Anton Medan memukul sopir itu dengan balok.
Kejadian itu untuk pertama kalinya menyeret Anton Medan berurusan dengan pihak kepolisian. Setelah kejadian itu, dia kembali ke Kota Medan. Peristiwa serupa pun terjadi, setelah dipukuli oleh beberapa sopir bus, Anton Medan akhirnya membalas dengan sabetan parang yang membuat salah satu sopir tewas.
Anton medan pun harus mendekam di penjara selama empat tahun. Jeruji besi memberikan kenyataan yang pahit untuk dia. Selama bertahun-tahun, Anton Medan hanya dijenguk satu kali oleh keluarganya.
Setelah melewati masa hukuman, Anton Medan pun kembali kerumahnya. Tetapi, dia merasa keluarganya tidak menerima dia lagi yang notabene sebagai narapidana.
Akhirnya, Anton Medan mengambil keputusan besar untuk merantau ke Jakarta beradu nasib. Awalnya, dia ke Ibu Kota dengan tujuan mencari alamat Pamannya di kawasan Mangga Besar, Jakarta Barat. Tapi bukannya disambut, Pamannya itu malah mengusirnya.
Dan sejak saat itulah Anton Medan hidup sebatang kara di tengah kerasnya kehidupan Ibu Kota.
Hidup seorang diri di Ibu Kota tentu tidak mudah bagi Anton Medan saat itu. Kerasnya keadaan membuatnya terpaksa mencoba melakukan aksi kejahatan.
Kekecewaan mendalam dan merasa sebatang kara membuat Anton Medan marah. Masa depannya dianggap telah usai. Perjalanannya menjadi penjahat kelas teri pun dimulai dari rangkaian itu.
Awal mula kriminalitas yang dilakukan Anton Medan adalah menjadi seorang penjambret. Merasa tak cukup, dia lambat laun berubah menjadi seorang perampok.
Semua itu dilakukan Anton Medan lantaran keadaan dan situasi yang mendorongnya menjalani aktivitas sebagai seorang kriminal. Anton Medan pun mulai mengepakan sayapnya ke dunia perdagangan obat-obatan terlarang. Dari modal itu, dia akhirnya menjadi bandar judi.
Seorang Anton Medan pernah membuka rumah-rumah judi di Jakarta hingga memiliki kasino. Saat itu, ia meraup untung dari bisnis gelapnya hingga mencapai miliaran Rupiah per hari.
Dengan segala kejahatan yang dirintisnya, akhirnya orang disekitarnya menjuluki dia dengan panggilan Anton Medan sang penjahat kelas kakap yang keluar masuk penjara.Sepak terjang Anton Medan di dunia kriminal telah membuatnya berulang kali keluar-masuk jeruji besi. Sudah banyak penjara atau lembaga permasyarakatan yang disinggahi Anton selama hidupnya.
Tetapi siapa sangka, dari balik dinginnya jeruji besi justru Anton Medan mendapatkan hidayah hingga akhirnya insaf.
Tapi semua itu tinggal cerita dan kenangan. Kini, Anton Medan adalah sosok yang ikut membantu menegakan hukum dan menumpas kejahatan.
Anton Medan terlahir beragama Buddha dan sempat pindah menjadi penganut Protestan dipenjara Cipinang sebelum akhirnya memilih memeluk Islam hingga saat ini.
Kejamnya hidup membuat dia tersadar. Proses pencarian tuhan pun menjadikannya pribadi yang agamis dewasa ini. Anton Medan pun mendirikan Majelis Taklim Atta’ibin untuk menampung para mantan Narapidana dan pengangguran agar tak terjebak ke dunia kejahatan.
Perjalanan mualaf Anton tidak mulus. Ia sempat ditolak oleh Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dan Yayasan Karim Oei untuk memeluk Islam karena masa kelamnya.
Namun, Anton terus membuktikan keseriusannya. Pada 1992, Ia akhirnya resmi mengucapkan syahadat yang dituntun oleh Almarhum KH Zainuddin MZ, ‘Si Dai Sejuta Umat’.
Sejak saat itu, penjahat kelas kakap itu berganti nama dengan Muhammad Ramdhan Effendi.
Menurut Sosiolog Universitas Nasional (Unas) Sigit Rochadi, insafnya para preman kelas kakap dapat dikategorikan dalam beberapa faktor.
Preman insyaf disebabkan oleh beberapa faktor. Telah terpenuhinya kebutuhan ekonomi minimal telah menemukan jalan memenuhinya,” kata Sigit kepada Okezone, Jakarta, Jumat 18 Oktober 2019.
Selain itu, kata Sigit, faktor keluarga juga bisa menjadikan seorang penjahat memutuskan untuk bertobat dan kembali ke jalan yang benar.
“Telah berkeluarga dan tidak menginginkan keluarganya rusak baik karena reputasi yang bersangkutan atau takut masa depan anaknya. Tida tumbuhnya regenerasi kepemimpinan, sehingga para anggota menarik diri ke kehidupan normal.
Setelah masuk Islam, Anton Medan mendirikan Majelis Taklim Ata’ibin yang menampung para mantan narapidana dan pengangguran.
Ia sengaja mendirikan majelis taklim untuk membina serta menampung para mantan narapidana dan pengangguran agar bisa kembali ke jalan yang benar.
Tak puas dengan mendirikan majelis taklim, Anton Medan mendirikan pondok pesantren. Tujuannya adalah ingin mengabdi lebih banyak untuk masyarakat. Pondok pesantren ini juga untuk membina para mantan narapidana dan pengangguran.
Pondok pesantren milik Anton Medan berada di daerah Pondok Rajeg, Cibinong, Bogor. Di dalam pondok pesantren, Anton mendirikan sebuah masjid megah dan unik dengan khas Tionghoa yang dinamai Masjid Tan Kok Liong.
Mantan narapidana yang kini menjadi pendakwah Muhammad Ramdhan Effendi alias Anton Medan dikabarkan meninggal dunia pada 15 maret 2021. Kabar duka terkait wafatnya Anton Medan ini dibenarkan Ketua Umum Persatuan Islam Tionghoa (PITI) Ipong Hembiring Putra.
Sumber :
https://www.liputan6.com/news/read/4506949/kisah-perjalanan-anton-medan-si-preman-kelas-kakap-yang-insaf-hingga-tutup-usia
https://nasional.okezone.com/read/2019/10/18/337/2118825/kisah-legendaris-hijrahnya-penjahat-kelas-kakap-anton-medan?page=3